Traumatik

Traumatik

 

A. Pengertian trauma

Trauma berasal dari bahasa Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam kamus konseling (1997: 231) Traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis.

 

  1. Pengertian konseling traumatik

Konseling traumatik yaitu konseling yang diselenggarakan dalam rangka membantu konseli yang mengalami peristiwa traumatik, agar konseli dapat keluar dari peristiwa traumatik yang pernah dialaminya dan dapat mengambil hikmah dari peristiwa trauma tersebut. Konseling traumatik merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu para korban mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana gempa dan Tsunami. Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan sanak keluarga, dan kehilangan pekerjaan, bisa memengaruhi kestabilan emosi para korban gempa. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam menghadapi petaka, bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada stres berat yang sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan atau gila.

 

    2. Tujuan konseling traumatik

Konseling traumatik dapat membantu para korban bencana menata kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima kenyataan hidup sebagaimana adanya meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling traumatik juga sangat bermanfaat untuk membantu para korban untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir realistik.

 

  3. Penyebab traumatik

Penyebab terjadinya trauma kondisi trauma yang dialami individu (anak) disebabkan oleh berbagai situasi dan kondisi, di antaranya:

  1. Peristiwa atau kejadian alamiah (bencana alam), seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin topan, dsb.
  2. Pengalaman dikehidupan sosial ini (psiko-sosial), seperti pola asuh yang salah, ketidakadilan, penyiksaan (secara fisik atau psikis), teror,kekerasan, dsb.
  3. Pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri, mengalami sendiri (langsung) dan pengalaman orang lain tidak langsung).

 

B . Jenis Trauma

 

  1. Trauma Psikologis

Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Ekses dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).

2. Trauma Neurosis

Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dsb. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang kesadaran, dsb. yang sifatnya sementara.

3. Trauma Psychosis

Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, dsb. yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman/ peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.

4. Trauma Diseases

Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman, dsb.

 

C. Teknik Konseling Traumatik

 

  1. Emotional Freedom Technique (EFT)

Konseling berguna untuk memunculkan insight yang seharusnya ditindak lanjuti dengan perilaku coping permasalahannya trauma jika klien berhasil melakukannya namun hal ini membutuhkan beberapa sesi dan kemauan klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga ketika menghadapi trauma dengan perasaan emosionalnya maka perlu tahap relaksasi dan pada program ini menggunakan teknik khusus yang disebut EFT

EFT merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping (ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir semua hambatan emosi dan fisik. Delapan belas saja? Ya, memang hanya ada 18 titik yang perlu pelajari dalam EFT. Anda tidak perlu mempelajari 300 titik akupuntur yang menggunakan jarum. Teknik ini sangat mudah dipelajari dan dapat diterapkan di mana saja, untuk siapa saja.

Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah, kecewa, sedih, cemas, stress, trauma dsb., aliran energi di dalam tubuh yang melalui titik meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan emosi di atas, kita perlu memperbaiki gangguan aliran di titik meredian dengan cara mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai teknik EFT.

Untuk melakukan ketukan pada 18 titik meredian tubuh hanya memerlukan 4 prosedur yang sederhana dan mudah diingat, yang dinamakan resep dasar (basic recipe). Prosedur ini dapat digunakan untuk mengatasi hampir semua masalah emosi negatif dan fisik.

Menurut psikolog Charles Figley, Ph.D., pendiri Green Cross pada tahun 1995 dan juga tokoh ternama dalam bidang terapi trauma, mengatakan “Energy Psychology semakin terbukti sebagai salah satu intervensi psikologis yang terampuh bagi para tenaga ahli yang membantu korban bencana, maupun bagi tenaga ahli itu sendiri.” Begitu emosi negatif sudah dapat dihilangkan dengan EFT, maka masalah-masalah fisik mulai hilang dengan sendirinya seperti amnesia disosiatif, dan imsonia yang mengiringi stress traumatik.

 

  1. Cognitive Behavior Therapy

CBT digunakan ketika ada distorsi kognitif dan perilaku penghindaran. CBT dilakukan dengan restrukturisasi kognitif dan exposure. Klien dengan stress trauma yang memiliki keyakinan negatif menggunakan Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Selanjutnya setelah secara kognitif tidak ada lagi distorsi kognitif dilanjutkan dengan exposure. Dalam hal ini melibatkan dukungan sosialnya yaitu teman atau relasi terdekat untuk mendampinginya selama proses tersebut.

 

  1. Telenursing

Setelah EFT dan rangkaian konseling telah dilakukan, maka masuk pada reentry phase untuk mengetahui keberhasilan penanganan dengan melihat proses kognitif, emosional dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, bertumbuh, berubah dan memiliki arahan-arahan baru dalam hidupnya. Maka dibutuhkan suatu media  untuk proses penanganan aspek psikologis traumatik yang tidak singkat melainkan merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah strategi penanganan traumatik untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan menggunakan suatu sistem teknologi modern.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dalam bidang pendidikan dan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama telenursing. Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001). Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.

Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan perawatan dengan klien. Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et al (2002), bahwa pasien yang menerima perawatan dengan menggunakan telenursing mengatakan bahwa pengetahuan mereka meningkat dan merasa lebih nyaman dengan yang disarankan oleh perawat. Selain itu pengunaan system ini lebih mudah di akses dan mereka umumnya lebih menyukai telenursingdaripada harus menunggu untuk kunjungan face to face. Tetapi mereka masih percaya bahwa face to face adalah yang terbaik Dengan menggunakan media ini akan terkontrol kondisi klien pasca penanganan walaupun jarak jauh namun tetap terkontrol hasilnya dengan media internet namun tetap sesuai prosedur.

Apa Gaya belajarku???

Apa Gaya belajarku???

setiap individu pasti berbeda dan unik. sekalipun anak kembar pasti ada yang membuat mereka berbeda satu dengan yang lain. nah, kamu pun begitu dengan orang lain. tidak semua yang kamu suka, orang lain akan suka begitu juga sebaliknya.

begitu pula dengan gaya belajar yang kamu miliki.. kepo ga?  pasti kepo doong..

mari baca!

4-Gaya-Belajar-Anak-1

Menurut Nasution (2011) gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang – perangsang yang diterima dalam proses belajar. Gaya belajar ada 3 jenis yaitu:

  1. Gaya belajar visual

Gaya belajar ini biasanya cenderung hanya dengan melihat, dan membaca. biasanya orang dengan gaya belajar visual lebih mudah memahami dan mengerti hanya dengan mengandalkan penglihatannya.

 

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe visual:

  1. Lebih mudah mengingat dari yang dilihat daripada yang didengar
  2. Lebih suka membaca daripada dibacakan
  3. Berbicara dengan tempo agak cepat
  4. Cukup peduli dengan penampilan dan pakaian
  5. Lebih menyukai melakukan demonstrasi daripada pidato
  6. Sulit untuk menerima instruksi secara verbal kecuali ditulis
  7. Tidak mudah terdistraksi dengan keramaian
  8. Suka menggambar apa pun di kertas

 

 

  1. Gaya belajar Auditori

Orang yang memiliki gaya belajar auditori ini biasanya lebih mengandalkan indra pendengaran. mereka lebih mudah memahami dan mengerti dengan mendengarkan penjelasan. makanya banyak orang yang lebih mudah hafal lagu daripada pelajaran hehehe karna mereka cenderung memiliki gaya belajar auditori.

 

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe auditori:

  1. Lebih mudah mengingat sesuatu dari apa yang didengar daripada yang dilihat
  2. Senang mendengarkan
  3. Mudah terdistraksi dengan keramaian
  4. Kesulitan dalam tugas atau pekerjaan yang melibatkan visual
  5. Pandai menirukan nada atau pun irama suara
  6. Senang membaca dengan mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir mereka
  7. Biasanya merupakan pembicara yang fasih
  8. Mudah dalam mengingat nama saat berkenalan dengan orang baru

 

  1. Gaya belajar Kinestetik

 

Gaya belajar ini biasanya lebih cenderung praktik. contohnya sepeti ikut membedah ikan atau menanam padi. biasanya orang memiliki gaya belajar kinestetik cenderung lebih mudah memahami, karna membaca buku dan langsung mempraktikannya. makanya tidak aneh jika ada teman atau saudara kamu yang tidak bisa berdiam diri lama – lama ketika belajar. orang yang bergaya belajar kinestetika lebih aktif, daripada orang dengan gaya belajar visual atau auditori.

 

Kalau memiliki karakteristik berikut berarti kamu termasuk tipe kinestetik:

  1. Menyenangi belajar dengan metode praktik
  2. Kadang kesulitan dalam menulis tetapi pandai dalam bercerita
  3. Menyukai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh seperti olahraga atau menari
  4. Saat berkomunikasi banyak menggunakan isyarat tubuh
  5. Menghafal dengan cara berjalan atau melihat

 

kira – kira apa gaya belajarmu??? temukan yaa, agar belajarmu efektif! selamat belajar dan sukses! 🙂

 

 

 

 

https://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-gaya-belajar.html

https://blog.ruangguru.com/tiga-gaya-belajar

http://hafizfansclub.com/yuk-kenali-gaya-belajar-anak-agar-kecerdasannya-optimal/